“Apa lentera penerang dalam perjalanan spiritual yang panjang?”, ini pertanyaan banyak orang. Mirip dengan pergi ke puncak gunung yang jauh, di setiap tahap pertumbuhan seseorang memerlukan kendaraan yang berbeda. Saat menyeberangi jalan tol, orang memerlukan mobil. Begitu memasuki jalan setapak, seseorang memerlukan kuda. Tatkala mendaki tebing, seorang pencari memerlukan tali.
Perjalanan spiritual yang panjang juga serupa. Nyaris semua orang di zaman ini memulai perjalanan dengan intelek. Membaca buku, berdialog, menghadiri kelas meditasi adalah sebagian dari dahaga intelek. Bahkan para sahabat yang menghabiskan banyak waktu dalam keheningan pun, masih bercakap-cakap dengan dirinya. Sekali lagi, ini lentera bernama intelek (bahasa kepala).
Ada saatnya dalam perjalanan spiritual di mana intelek seperti kehabisan tenaga untuk mendukung pertumbuhan spiritual. Di titik inilah orang menoleh kepada insting (pesan-pesan yg disembunyikan dalam tubuh kita). Bulu kuduk yang merinding, perasaan aneh memasuki sebuah tempat, merasa cepat akrab dan hormat pada seorang Guru, bahkan ada yang menangis menggigil saat berjumpa seorang Guru, adalah sebagian cara insting untuk memberi tahu.
Intelek dan insting juga bukan seluruh cerita. Tatkala keduanya sudah menunjukkan batas-batas daya bantunya, di sana seorang pencari menggali intuisi (bahasa hati). Mulai bisa melihat kalau semua mahluk adalah jiwa-jiwa menderita yang memanggil untuk ditolong, mereka ada di sini untuk membuat hati jadi indah, kadang terjadi hanya melihat kucing yang kurus saja sudah membuat mata meneteskan air mata. Inilah tanda-tanda bahasa hati.
Di tingkatan hati seperti ini, seseorang menemukan kebahagiaan dan kedamaian dengan cara banyak menolong dan melayani. Menolong seperti nutrisi jiwa. Melayani mirip dengan rumah jiwa. Ada perasaan aman dan nyaman di sana. Ini yang menjelaskan kenapa bunda Teresa menemukan kedamaian mendalam di tengah kekacauan kota kumuh Kalkuta.
Ini juga yang menjelaskan kenapa Mahatma Gandhi meninggalkan semua kemewahannya sebagai pengacara di Afrika Selatan, kemudian pulang ke India mengenakan baju kesederhanaan, berumah di rumah pelayanan. Dalam bahasa sederhana sekaligus mendalam YM Dalai Lama: “agama saya adalah kebajikan”.
Lagi-lagi harus dikemukakan, hati juga bukan lentera di sepanjang perjalanan. Ada masanya tatkala seorang pencari sudah tumbuh jauh di dunia hati, kemudian ia belajar menjadi saksi. Tangan masih melayani. Hati masih mencintai. Tapi seorang pencari mulai duduk sebagai seorang saksi. Pelayanan tidak lagi menimbulkan keakuan. Cinta tidak lagi membuat seseorang menderita. Terutama karena seorang sudah menjadi saksi.
Siapa saja yang sudah lama menghabiskan waktu menjadi saksi mengerti, ketekunan untuk terus menjadi saksi mirip dengan rahim yang akan melahirkan bayi cantik bernama belas kasih. Inilah lentera orang-orang di puncak gunung yakni lentera belas kasih.
Bukan sembarang belas kasih, melainkan belas kasih sebagai sifat alami bathin itu sendiri. Ia mirip dengan bunga indah dan pohon rindang. Sifat alami bunga indah mengundang datangnya kupu-kupu, sifat alami pohon rindang mengundang datangnya burung-burung bernyanyi. Sifat alami seorang saksi sejati, ia ada di bumi untuk melaksanakan dan memancarkan belas kasih.
Di tingkatan ini, jangankan saat meditasi, atau saat melayani, bahkan saat tidur pun seorang masih memancarkan belas kasih. Selamat datang di rumah sejati jiwa-jiwa yang indah.
Author: Gede Prama.
Photo Courtesy: Twitter @shedancestibet.
——
Pesan Gede Prama dalam bahasa Inggris bisa dibaca di bellofpeace.org, fb Home of Compassion by Gede Prama, atau Twitter @gede_prama
Gede Jadiarte • one year ago
Terima kasih guru
johannes rollie • one year ago
terima kasih…
Yanti • one year ago
Guru, saat ini susah sekali buat saya harus membantu orang yang sudah menjatuhkan saya karena saya masih punya tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan saya.
Semoga saya kuat untuk mengesampingkan rasa kecewa saya pada orang tersebut sehingga saya menjalaninya dengan ikhlas.
Made Mariana • 2 years ago
matur suksma Guru
Gede Juliarta • 2 years ago
Matur suksma Guru, mohon izin share.
Cerumus.com • 2 years ago
Terima kasih guru sangat menginspirasi 🙂
Nyoman Ariana • 2 years ago
Suksma Guru, atas pencerahannya.
ketut wex • 2 years ago
Suksma guru 🙂
made tanada • 2 years ago
Suksma guru.
wayan sudika • 2 years ago
Matur Suksam Pak Gede…..rahayu!
slamet hidayat • 2 years ago
Terima kasih Guru,sangat menyentuh
Beat • 2 years ago
Salam damai guru Senang Nya selalu bisa Menjadi sahabat guru
julianto • 2 years ago
Terima kasih guru
Putu Pratama • 2 years ago
Teriterima kasih guru.
Moga moga guru panjang umur dan sehat lahir dan bathin sekeluarga.
i kadek adi pradana • 2 years ago
Terimakasih Guru 🙂
wazan • 2 years ago
Terima kasih, Guru…