Malam Purnama lalu tanggal 7 april 2020, sehabis kita doa bersama muncul di langit Cahaya yang indah sekali. Ia dipotret oleh banyak sahabat. Tidak kebetulan jika beberapa hari ini media asing banyak yang membahas “kekebalan misterius warga Bali terhadap virus corona”.
Dengan tidak bermaksud menyebut praktik keagamaan berbeda dengan judul kurang bersahabat, di Bali mahluk-mahluk bawah diperlakukan dengan penuh kasih sayang. Dibikinkan rumah bernama penunggun karang. Diberikan suguhan. Ini tentu bukan cerita manusia yang menyembah setan. Sekali lagi bukan. Tapi cerita tentang kesempurnaan kasih sayang.
Ajakannya untuk para sahabat, mari menjaga keselarasan segi tiga indah di dalam (pikiran, percakapan, tindakan). Pikiran tetua Bali jelas sekali, mahluk bawah tidak ada di sini untuk menyerang. Tapi membantu jiwa kita agar memancar terang. Sekarang bagaimana membawa pikiran indah ini ke dalam ucapan dan tindakan yang juga indah. Berikut beberapa bahan renungan.
- Jangan izinkan pujian orang membuat kesombongan menaik. Jangan pernah
- Apa lagi menggunakan pujian orang untuk menjelekkan tempat lain. Ini lebih bahaya
- Sebaliknya, gunakan pujian orang untuk lebih banyak berbagi Cahaya
- Tidak melalui ceramah, melainkan melalui sikap yang indah
- Tidak protes dan ribut kendati ekonomi menurun, itu sikap yang indah
- Meringankan beban penderitaan orang lain, itu sikap yang indah
- Tidak ikut-ikutan menyebarkan kebencian, itu sikap yang indah
- Menyayangi keluarga secara indah, itu sikap yang indah
- Bersahabat dengan kekurangan di dalam, itu sikap yang indah
- Mendoakan semua mahluk agar bahagia, itu sikap yang indah
- Dari kedalaman rasa syukur kemudian mengucapkan terimakasih, itu sikap yang indah
Penulis: Guruji Gede Prama
Foto: Keluarga Compassion