Semua orang tua pernah jadi anak-anak, tapi anak-anak belum pernah menjadi orang tua. Dalam perspektif ini, orang tualah yang sebaiknya mengerti anak-anak. Dan ketika masih kanak-kanak, kita mengalami sendiri, anak-anak memerlukan taman bermain, ruang terbuka untuk berlari, berjumpa sesama teman untuk mengekspresikan canda dan tawa.
Bagi sahabat yang mendalami psikologi mengerti, semakin lama anak-anak bisa diam dalam waktu yang semakin sedikit. Entah bagaimana bioritme alam, begitulah anak-anak sekarang. Pada saat yang sama jurnal psikologi berpengaruh di dunia pernah menyimpulkan: “Social media adalah jalan tol menuju sakit mental”.
Di tengah temuan seperti itu, tidak kebayang redupnya masa depan jika anak-anak sekarang selalu ada di rumah. Satu-satunya mainan mereka adalah social media. Bahkan belajar pelajaran sekolah pun menggunakan social media. Sebelum membawa titipan masa depan ke arah berbahaya, sekaligus melangkah ke masa tua yang juga berbahaya, dengan pikiran yang bersih, hati yang jernih, sahabat-sahabat di pemerintahan diketuk hatinya.
Menjaga rakyat agar tidak terkena virus corona tentu saja mulya. Tidak ada yang meragukan soal ini. Namun jangan sampai langkah ini kemudian mengorbankan keindahan masa kecil banyak sekali anak-anak. Dan keindahan masa kanak-kanak ini begitu berlalu, ia tidak bisa diulangi. Tanpa keindahan masa kanak-kanak, anak-anak rawan membawa sakit mental ke masa depan.
Lebih-lebih sudah anak-anak selalu tinggal di rumah, orang tuanya kehilangan pekerjaan dan kehilangan penghasilan. Atau tegang karena takut ini dan panik akan itu. Tidak kebayang sedihnya dunia anak-anak jika itu terjadi. Untuk itu, mari menoleh ke sejarah. Pemerintah diciptakan untuk membuat masyarakat jadi semakin indah.
Penulis: Guruji Gede Prama
Photo courtesy: Twitter