Kedamaian

Every Land is a Holy Land (Semua Tempat menjadi Tempat Suci)

Ditulis oleh Gede Prama

Bumi telah dijejali oleh banyak sekali ajaran suci. Bahkan ajaran suci dari satu agama pun, jika dipelajari sampai habis, waktunya tidak akan cukup dalam satu kehidupan. Pada saat yang sama, aura bumi tidak tambah sejuk dari hari ke hari. Krisis super panjang ini bahkan bercerita, permukaan bumi tambah panas dari hari ke hari.

Sehingga yang lebih dibutuhkan oleh bumi maupun penghuni bumi bukan ajaran suci yang dihafalkan, apa lagi ajaran suci yang digunakan menyerang orang, melainkan ajaran suci yang dilaksanakan. Sekali lagi yang dilaksanakan. Setiap sahabat yang “melaksanakan” ajaran suci secara tekun dan tulus mengerti, ajaran suci memang menyembuhkan sekaligus mendamaikan.

Dari sini pasti ada yang bertanya, intisari ajaran suci apa yang disimpan dan dilaksanakan di Ashram? Jalan setapak panjang yang ada di Ashram berujung pada dua dua titik, jalan ke kanan berisi tulisan Compassion (belas kasih, tetua Bali menyebutnya urip lan nguripi), jalan ke kiri berisi tulisan Wisdom (kebijaksanaan, tetua Bali menyebutnya Nyepi lan ngewindu).

Setiap sahabat dekat yang datang di Ashram diminta dengan hormat saat berjalan di jalan setapak di Ashram, bayangkan Anda adalah manusia paling damai di muka bumi. Kemudian saat melangkah, bayangkan Anda membagikan vibrasi damai ke permukaan bumi di setiap langkah. Ringkasnya, no step to peace, peace is a step.

Di Ashram juga Guruji meditasi nyaris setiap hari. Ia sebentuk non surgery approach of healing. Meditasi menyembuhkan tidak dengan cara mengubah, melainkan dengan cara tersenyum indah. Hadiah terindah meditasi adalah mengantar menusia untuk menemukan rumah sejati di saat ini. Di Ashram dititipkan tulisan seperti ini: “I’ve arrived”. Di bagian lain ada tulisan: “I’m home”

Itulah intisari ajaran suci yang disimpan, dilaksanakan serta disebarkan melalui Ashram. Untuk berbagi rasa syukur ke para sahabat, bukan untuk gagah-gagahan, 17 tahun setelah Ashram didirikan, dulunya tiap malam ada anak muda mabuk dan berkelahi di jalan. Sekarang sudah lama hilang. Dulunya, tiap siang terdengar orang metajen (judi abung ayam), sekarang ia hilang.

Pada saat yang sama, burung-burung liar berseliweran jinak sekali. Sejumlah burung-burung tua memilih wafat di Ashram. Perhatikan pesan sebuah buku suci tua Vajrachedika Prajnaparamita Sutra: “Di mana saja ajaran suci ini disimpan, apa lagi dilaksanakan dan disebarkan, di sana manusia, mahluk setengah dewa dan para dewa akan datang memberikan persembahan”.

Untuk berbagi kehabagiaan dengan para sahabat dekat, bukan untuk gagah-gagahan, sejumlah sahabat dekat Compassion yang sering menemani Guruji berdoa di Ashram bercerita, tiap kali kami berdoa Cahaya di atas berseliweran ke sana ke mari. Kemungkinan, mereka itu para dewa. Jangan pernah menggunakan pesan ini untuk memperbesar kesombongan.

Gunakanlah pesan ini untuk mempercantik jiwa dalam keseharian. Makanya sahabat-sahabat “super dekat” Compassion telah lama dibekali pesan 3 Ar: “Perut yang tidak besar, keluarga yang tidak bubar, emosi yang tidak mudah terbakar”. Terutama agar rumah para sahabat berubah indah menjadi tempat suci pribadi.

Pesan ini penting untuk diendapkan, terutama karena salah satu Universitas Riset di India menyimpulkan: “Semakin banyak sebuah tempat suci dikunjungi manusia, semakin menyedihkan kandungan kimia tanah di tempat itu”. Ia bukan berita buruk, tapi berita baik untuk lebih serius membangun tempat suci pribadi di rumah masing-masing.

Sebagai kesimpulan, di zaman tua dulu, Cahaya di langitlah yang menentukan di mana tempat suci di bumi. Di zaman super umit ini, hati indah yang ada di bumilah yang menentukan di mana tempat suci berada di muka bumi. Semoga semua mahluk berbahagia. Semoga para sahabat dekat sehat dan selamat.

Keterangan video: Salah satu pojokan Ashram Avalokiteshvara tempat Guruji bermukim di perbukitan di Bali Utara. Ia bercertia “roda Dharma berputar di tempat ini”. Bahasa kesehariannya, ajaran suci Dharma yang menyejukkan disimpan, dipelajari, dilaksanakan dan disebarkan melalui tempat ini.

Tentang Penulis

Gede Prama

Gede Prama memulai perjalanan spiritual dengan berdialog bersama Guru simbolik di sebuah desa di Bali Utara. Ini kemudian diperkaya dengan sekolah ke luar negeri, perjumpaan dengan Guru spiritual dunia seperti YM Dalai Lama, YA Thich Nhat Hanh serta Profesor Karen Armstrong, serta olah meditasi yang panjang.

Kendati pernah memimpin perusahaan dengan ribuan karyawan, terbang ke beberapa negara untuk tujuan mengajar, tapi semua itu ditinggalkan karena dipanggil oleh bom Bali di tahun 2002. Sejak beberapa tahun lalu beliau bahkan tidak pernah meninggalkan Bali, sekali-sekali saja keluar dari keheningan hutan untuk mengajar di tempat-tempat suci di Bali.

Silahkan Berkomentar

 

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.