Nyaris semua pencari Cahaya memulai perjalanan di tempat suci. Tidak salah tentu saja. Tapi tiap jiwa yg dalam mengalami pengalaman serupa.
Lama-lama tempat suci di luar tidak lagi semenarik ketika kita memulainya. Bisa dibimbing rasa, bisa juga dibimbing oleh kejadian menakutkan.
Dalam cerita keluarga Compassion, kami diusir dari Vihara, dibentak pecalang (satpam desa) di Pura. Itu penampakan Guru simbolik.
Bukan karena tempat suci di luar tidak positif, sekali lagi bukan! Tapi karena begitu jiwa tumbuh dewasa, apa lagi bercahaya, tempat sucinya tidak lagi di luar.
Di Tantra ada pesan tua, di mana seseorang mendengar suara Om, di sana rahasianya disembunyikan. Sebagaimana diceritakan sebelumnya, suara Om menunjukkan dirinya ke Guruji di Pura Dalem.
Diikuti oleh Cahaya yg mengeliling tubuh Guruji, juga di tempat yg sama.
Di malam pertama ketika belajar di Himalaya tahun 2008 bahkan ada tangan yg menunjuk ke ulu hati.
Pesannya terang dan gamblang: “Ajak umat manusia menemukan Cahaya di dalam”. Sekali lagi, di dalam!
Dalam bahasa psikolog kondang Carl G. Jung: “Those who seek outside dream, those who find it inside awake”. Ia yg mencari keluar akan kecewa.
Anda yg menemukannya di dalam tercerahkan. Tandanya sederhana, cinta kasih tidak lagi menjadi perintah buku suci. Ia menjadi sesuatu yg alami.
Sealami air yg basah, sealami bunga yg indah. Tidak saja gerak keseharian jadi bahagia karena melaksanakan cinta kasih, tapi di tiap nafas ada cinta kasih.
Nafas jadi mirip biola. Yg selalu melantunkan doa. Salah satu orang yg telah sampai di sini namanya Saraha: “Ultimately, my body is my holy temple”.
Selamat hari raya Galungan. Semoga semua sahabat dijumpai dalam keadaan sehat dan bahagia.
Photo courtesy: Fb account of Partage d’image
Shambala meditation center: belkedamaian.org, bellofpeace.org