“Agar terlahir di tempat yg Agung, seseorang mesti mati di tempat yg kerdil”
Seorang sahabat di Jakarta yg sekarang sudah jadi profesor bertanya: “Anda koq bisa ya tidak berkomentar pada panasnya situasi politik?”.
Ada banyak jalan menuju puncak gunung. Politik itu jalan para ksatria. Banyak konflik bahkan perang. Spiritualitasi itu jalannya para brahmana.
Jauh dari konflik, apa lagi perang. Mencampur keduanya, itu awal banyak bahaya. Cacing memang tumbuh di lumpur kotor, tapi ia membuat tanah jadi subur.
Burung elang memang terbang tinggi. Jauh dari lumpur kotor. Dan ia menjadi Guru suci bagi jiwa-jiwa yg rindu kebebasan dan kedamaian.
Itu sebabnya, Guruji telah lama tidak kontak dg keluarga tempat Guruji terlahir, tidak kontak dg keluarga mertua, termasuk sahabat lama.
Bukan karena membenci orang. Sekali lagi bukan! Tapi karena mencintai kesendirian (solitude). Tidak mungkin mengembangkan energi baru jika seseorang terus kontak dg energi lama.
Dulu ada buku cantik yg berjudul “The road less travelled”. Jalan ini memang dilalui oleh jauh lebih sedikit orang. Bahkan sangat berbahaya.
Kendati sopan dan santun, keluarga Compassion pernah dibentak mantan gubernur Bali, dibentak pecalang (satpam desa), diusir dari Vihara.
Ibu bahkan pernah jatuh pingsan karena mau dipukul salah satu tetangga. Tapi tidak diizinkan keburukan di luar mencuri kebaikan di dalam.
Kami tetap dan terus berbagi kebaikan tiap hari tanpa henti. Di jalan ini sering terdengar pesan, jika Anda dibenci oleh orang jahat, itu tanda bahwa Anda baik.
Jika tukang mabuk, tukang kelahi, tukang korupsi itu benci sama Anda, itu berita baik. Setidaknya Anda tidak sama dg mereka.
Syukur-syukur jika suatu hari bisa menerangi mereka. Paulo Coelho berpesan: “Dunia tidak berubah karena kata-kata Anda, tapi karena keteladanan Anda”.
Photo courtesy: Unsplash, Pexels
Shambala meditation center: belkedamaian.org, bellofpeace.org