“Di mana rumah kita yang sesungguhnya?”, ini pertanyaan banyak sekali pencari. Agama-agama sebagian menunjuk surga setelah kematian sebagai rumah sejati. Tetapi di zaman di mana ilmu pengetahuan dan teknologi sudah demikian canggihnya, dogma tentang surga tidak lagi memuaskan bagi sebagian pencari.
Di jalan meditasi khususnya, surga sebagai rumah tidak banyak dibahas. Yang menarik minat banyak pihak adalah rumah pencerahan. Sebagaimana istilahnya, pencerahan menghadirkan kehidupan yang cerah dan terang, jauh dari kegelapan kebingungan dan ketidaktahuan. Pertanyaannya kemudian, bagaimana orang bisa sampai di rumah pencerahan?
Ciri khas perjalanan di jalan meditasi, semua yang dicari tersedia secara berlimpah di dalam diri. Sehingga tugas seorang pencari mirip dengan seorang tukang taman yang berpengalaman. Tanah subur, pepohonan indah, air, matahari semuanya sudah tersedia di dalam. Pekerjaan rumahnya cuman satu, bagaimana meracik unsur-unsur unik di dalam diri sehingga kehidupan bertransformasi menjadi taman pencerahan.
Mirip dengan pepohonan, ada bunga kamboja yang memerlukan sedikit air, ada bunga lotus yang memerlukan banyak sekali air. Demikian juga taman di dalam. Masing-masing memiliki ciri-ciri unik yang layak dikenali. Itu makanya ada Guru yang berpesan: “raja segala pengetahuan adalah pengetahuan tentang diri”.
Indahnya meditasi – terutama di tingkat kesempurnaan bukan di tingkat pertumbuhan – tidak ada unsur-unsur diri di dalam yang dibuang. Tukang taman berpengalaman tidak membuang sampah taman. Semuanya diolah menjadi kompos, diletakkan di bawah pohon bunga, sehingga sesuatu hari mekar menjadi bunga.
Dengan cara yang sama, seorang pencari di jalan meditasi tidak membuang kemarahan dan ketakutan, melainkan mengolahnya menjadi bunga-bunga indah pencerahan. Dalam bahasa yang ringkas, padat, dalam: “kemarahan dan ketakutan adalah kompos yang sedang berevolusi menjadi bunga pencerahan”.
Dengan pendekatan ini, seseorang tidak saja menghentikan seluruh pertempuran di dalam yang menjadi sumber banyak penyakit dan konflik, tapi juga secara tekun merawat taman di dalam. Pertama-tama seseorang mengenali taman di dalam. Dengan berkah ketekunan dan ketulusan, suatu hari taman di dalam mekar menjadi pencerahan.
Konkretnya, pencerahan memerlukan dua jenis tumpukan kekayaan. Pertama adalah tumpukan kebajikan (accumulation of merits). Ini mirip dengan menanam bibit-bibit pohon bunga di dalam. Memaafkan, menerima, melayani, mencintai adalah sebagian cara yang tersedia. Kedua adalah tumpukan kebijaksanaan (accumulation of wisdom). Kekayaan kebijaksanaan bisa dikumpulkan melalui praktik kesadaran yang mendalam.
Tumpukan kekayaan kebajikan bisa ditabung dalam kehidupan sehari-hari. Namun tumpukan kekayaan kebijaksanaan bisa dikumpulkan dengan cara melakukan apa pun kegiatan keseharian dengan penuh kesadaran. Makan, minum, kerja, doa, mengendarai kendaraan, semua dilakukan dengan penuh kesadaran. Kapan saja ada kejadian ekstrim (terlalu sedih atau terlalu senang), kembali ke nafas, terhubung dengan energi kesadaran yang ada di dalam.
Diantara banyak praktik kesadaran, yang terdalam bernama paratantra yakni memandang setiap orang dan kejadian sebagai sebuah jejaring sebab akibat yang rumit. Orang yang marah sebagai contoh. Di balik kemarahannya ada orang tua yang tidak dewasa, pendidikan yang tidak mendidik, lingkungan yang menyedihkan, dll. Dengan cara pandang seperti ini, orang marah tidak mengundang kemarahan, sebaliknya membuat bunga belas kasih mekar di dalam.
Inilah taman pencerahan. Tumpukan perbuatan baik membuat seseorang menanam bibit-bibit di dalam. Praktik kesadaran mendalam membuat bibit-bibit itu mekar menjadi bunga indah. Dan satu-satunya alasan kenapa bunga ini mekar adalah untuk menyempurnakan pelayanan kepada semua mahluk.
Penulis: Gede Prama.
Photo Courtesy: Twitter @fatihalanresmi.
—
Pesan Gede Prama dalam bahasa Inggis bisa dibaca di bellofpeace.org, fb home of Compassion by Gede Prama, atau Twitter @gede_prama
GST BGS MERTHADI • one year ago
SUKSMA GURU DARI TAJUN MEMBERI PENCERAHAN KESEMUA ANAK ADAM KESELURUH DUNIA
herryherrys • one year ago
Sungguh mencerahkan pak gede prama , di saat teknologi yang berkembang pesat saat ini dan begitu banyak manusia yang hidup hedonis. Kita masih diingatkan kembali kepada kodrat kita sebagai hamba Allah.. Yang seringkali kehilangan smartphone lebih penting dibandingkan kehilangan keversamaan sebagai keutuhan keluarga.
inyoman ariana • one year ago
Matur suksma Guru, pencerahannya.
eduard g p • one year ago
Thanks Pak Gede Prama…sangat indah
gunakasih • one year ago
Matur suksma guru atas pencerahannya. Semoga disisa waktu ini sebelum pulang ke rumah wayah masih bisa melakukan sebuah pekayanan yang dipenuhi dengan bunga bunga bermekaran penuh cinta kasih, ketulusan dan keihklasan
Intan • one year ago
Matur Suksma, Matur Nuwun Guru….
wayan sudika • one year ago
Terima kasih Pak Gede, ….rayayu!
adi wirawan • one year ago
astungkare banyak yg tercerahkan sehingga bunga mekar di mana mana
Gusti • one year ago
Suksma Pak Gede smoga terus bisa menginspirasi smua manusia…dumogi rahayu pk gede
Gede Jadiarte • one year ago
Matur suksma Guru
Rivaldi • one year ago
GURU….bimbingan tulusmu membawa pencerahan
GURU….buku sucimu mengajarkan kedamaian dan
belas kasih
GURU….makna simbolikmu penuh ajaran
kehidupan
GURU….biarlah Engkau tetap menjadi rahasia
hidupku.
MATUR SUKSMA GURU
i kadek adi pradana • one year ago
Terimakasih Guru 🙂
v.gopal • one year ago
terimakasih Guru….Semoga semua makhluk didunia damai dan berbahagia.
Gede Juliarta • one year ago
Matur suksma Guru, mohon izin share.
resti • one year ago
Guru terima kasih banyak
putu • one year ago
OSA, Pak Gede
Batin sy terasa sejuk membaca tulisan pak gd, cuman masih ada ganjalan di hati sy, sy hidup di lingkungan orang2 yg pintar scr spiritual tp belaskasihnya kurang , shg apapun kemauan mereka kalau tdk diikuti , hidup dibuat susah, mengatasinya sulit, mengikuti kehendaknya , batin sy berontak, tdk diikuti , dipersulit / main keroyok, suksma
terimakasih guru , may all being free from suffering . Lokah samasta sukhino bhavantu