Setelah kakinya tertusuk duri, seorang raja marah besar kemudian memerintahkan agar semua jalan ditutup oleh kulit binatang. Setelah menunggu rajanya tenang, dengan sabar penasehatnya berbisik: “Kenapa tidak kaki raja saja yang ditutup dengan sandal (sepatu)”. Cerita ini adalah cerita sangat tua, Tapi ia masih kaya akan makna dan Cahaya.
Tatkala tersakiti, banyak sekali manusia yang mau menutup mulut orang lain, mau menutup pikiran orang lain, mau menutup tindakan orang lain. Lengkap dengan larangan tidak boleh begini dan tidak boleh begitu. Persis seperti raja di atas yang mau menutup semua jalan dengan kulit binatang. Padahal, jika pikiran dibungkus dengan “sepatu” kesadaran, banyak luka yang bisa dihindari.
Para sahabat yang istrinya menopause, suaminya andrepause, anaknya sedang nakal, suara karaoke tetangga yang super keras, semuanya sedang menghadirkan duri yang bisa melukai. Kurangi manja mau mengubah semua orang. Tidak saja itu tidak mungkin, tapi ia juga akan mengundang datangnya lebih banyak luka. Berikut sejumlah contoh menutupi pikiran dengan “sepatu” kesadaran.
Sebut saja Anda dilukai oleh kata-kata tidak bersahabat istri yang sedang menopause (suami yang andrepause). Bagian dari diri Anda yang terluka tidak mau berjumpa istri (suami). Tapi kewajiban sebagai seorang Ibu (Ayah), memori indah tentang pacaran zaman dulu, energi seks membimbing Anda agar berjumpa istri (suami). Keduanya bertentangan, tapi keduanya diri Anda.
Agar tumbuh sehat secara fisik dan mental, bimbing diri untuk tumbuh seimbang. Menekan berlebihan salah satu unsur, untuk memuaskan unsur lain dari diri Anda bisa mengundang bahaya kemudian. Contoh lain, saat anak sedang nakal-nakalnya, bagian diri Anda yang terluka tidak mau berjumpa anak. Tapi sebagai orang tua, Anda harus merawat anak.
Sekali lagi, baik bagian dari diri Anda yang tidak mau ketemu anak, maupun bagian dari diri Anda yang harus ketemua anak, keduanya adalah bagian dari diri Anda. Sekali lagi, duduklah secara seimbang diantara keduanya. Izinkan diri Anda yang terluka memberi bunga kebahagiaan pada diri Anda yang merindukan kebahagiaan (melaksanakan kewajiban sebagai orang tua).
Ringkasnya, tumbuhlah selalu di rumah tua keseimbangan. Dekap kedua bagian diri Anda yang bertentangan (bagian diri yang terluka, bagian diri yang mau bahagia). Duduklah di atas keduanya ditemani senyuman. Awalnya diri yang terluka menolak. Lama-lama penolakannya semakin longgar dan semakin longgar. Sampai suatu hari pencerahan membuat penolakan (kemelekatan) hilang.
Di saat seperti itulah para sahabat berjumpa Cahaya diri yang sejati. Diri yang tidak terbakar api, diri yang tidak basah oleh air, diri yang tidak pernah lahir dan tidak pernah mati. Dan itulah Cahaya terindah yang bisa dijumpai di dalam.
Pusat layanan gratis (tanpa bayar) keluarga spiritual Compassion:
P3A (Pusat Pelayanan Perawatan Anak berkebutuhan khusus)
P3B (Pusat Pelayanan Pencegahan Bunuh Diri)
P3C (Pusat Pelayanan Pencegahan Perceraian)
082335555644 (Telkomsel)
081999162555 (XL)
085857536536 (Indosat)
Photo courtesy: Unsplash