Tidak saja perut mengenal istilah lapar, emosi juga mengenal istilah lapar. Sedihnya, tidak banyak orang yang bisa mengerti rasa lapar secara emosional. Tahu-tahu rasa lapar yang menahun yang tidak diobati ini kemudian menjelma menjadi berbagai penyakit. Tidak saja sakit mental, tapi juga sakit kronis. Untuk itu, mari merenungkan rasa lapar secara emosional.
Tanda paling permukaan dari rasa lapar secara emosional adalah sering bad mood, dikunjungi memori buruk, tiba-tiba kesal dan marah tanpa sebab. Lebih dalam dari itu, yang bersangkutan cenderung terlalu posesif, cemburu berlebihan, takut kehilangan orang dekat. Sering dikunjungi mimpi buruk, hubungan yang sering pecah dengan orang lain adalah tanda-tanda lain.
Jika didalami lebih dalam, orang seperti ini sangat kekurangan kasih sayang di masa kecil khususnya. Entah orang tuanya wafat, bubar, atau kurang dewasa dalam merawat anak-anak. Kemudian setelah dewasa, orang-orang dekat juga gagal memberikan kasih sayang yang sama. Ujungnya, rasa lapar yang menahun ini menghadirkan rasa serba salah. Di rumah salah, di kantor tidak betah.
Bahkan di tempat rekreasi yang paling indah pun, orang jenis ini merasakan ada yang kurang. Untuk membantu para sahabat agar sembuh dan tumbuh, pertama-tama penting sekali membekali diri dengan pengertian seperti ini: “Anda adalah penyembuh terbaik bagi diri Anda sendiri. Diantara 7 miliar manusia, hanya ada satu yang bisa peduli penuh pada diri Anda. Dan orang itu adalah diri Anda sendiri”.
Untuk itu, cepat ambil tongkat komando kehidupan. Tidak lagi mengizinkan tongkat komando di pegang orang lain. Tergantung berlebihan pada pujian orang dan kekaguman orang hanya akan membuat tongkat komandonya dipegang orang lain. Dan itu tidak saja tidak sehat, tapi juga membahayakan dalam jangka panjang.
Setelah paham bahwa Anda adalah penyembuh terbaik bagi diri sendiri, sempatkan waktu untuk merawat diri setiap hari. Tidak saja memberi diri Anda nutrisi biologi, tapi juga nutrisi psikologi dan nutrisi spiritual. Penerimaan diri, memaafkan yang telah lewat, berbahagia bersama apa-apa yang telah ada, itu sebagian contoh nutrisi psikologi.
Berkecukupan, bersyukur, bertrimakasih adalah contoh nutrisi spiritual. Yang lebih bagus adalah menemukan rumah (home). Miliki keberanian seawal mungkin untuk menyimpulkan, rumahnya tidak di masa depan melainkan di saat sekarang. Rumahnya tidak di tempat lain, tapi di tempat di mana Anda berada sekarang. Disamping itu, miliki keberanian untuk berbahagia bersama apa yang telah ada.
Itu sejenis keberanian paling berani yang pernah ada. Jika memerlukan mantra, coba mantra ini: “Saya telah berbahagia bersama apa-apa yang telah ada”. Ketika ke cermin, bisikkan pesan ini pada sepasang mata di cermin: “Saya mencintaimu tanpa syarat apa-apa”. Kemudian ingat berbagi senyuman penuh penerimaan pada orang di cermin.
Photo courtesy: twitter