“Apakah benar Guruji diserang black magic (BM) ketika sakit juli tahun lalu?”, begitu ada yg bertanya polos dan ingin tahu.
Sakit adalah penderitaan. Menyebut orang mengirim BM sama dg menambahkan penderitaan baru pada daftar panjang penderitaan.
Tidak saja membuat orang marah, tapi juga membuat jumlah musuh bertambah. Sehingga tidak disarankan menggunakan cara pandang ini.
Sejauh yg bisa dilihat dg mata spiritual, itu doa yg berbuah. Lebih dari 10 tahun Guruji berdoa begini tiap hari: “May all suffering ripen upon me…”.
Sungguh berkah indah bisa mengambil sekelumit penderitaan di alam ini. Dan itu tidak seberapa dibandingkan penderitaan yg pernah diambil Yesus Kristus dan Mahatma Gandhi.
Soal BM, itu bagian dari shakti (cosmic energy). Semua orang punya benih pencerahan di dalam (Shiva dan Shakti). Compassion dan wisdom.
Membenci BM tidak saja melukai ke luar, tapi juga melukai diri di dalam. Di psikologi ada pesan tua begini: “What you resist persist”. Semakin ditolak ia semakin kuat.
Di Ashram pernah didatangai hal-hal seram seperti ular berkepala ayam, Ashram bahkan pernah ditabrak truk berat yg bermuatan alat super berat.
Serupa berjumpa kegelapan, membenci kegelapan tidak menolong. Menyalakan lentera, itu yg menolong. Itu sebabnya Guruji terus menyalakan lentera.
Di Ashram sering terdengar pesan begini: “Begitu disentuh ajaran suci, kotor-suci tidak lagi tidak terjembatani. Tapi menjadi 2 kekuatan yg saling menerangi”.
Praktisnya, setiap dikunjungi spirit yg kurang bersahabat, gunakan ia sebagai genta suci utk kembali ke nafas. Nyalakan lentera kesadaran penuh.
Di mana ada siang, di sana ada malam. Di mana ada Cahaya, di sana ada kegelapan. Dan keduanya ada di sini utk saling menerangi.
Keterangan foto: Salah satu pojokan Ashram. Di 4 arah mata angin ada patung Buddha (metta=cinta kasih, karuna=compassion, mudita=bahagia lihat orang bahagia, upheksa=seimbang)