Dalam kadar yg berbeda, tiap orang membawa pertengkaran di dalam dirinya. Ia bersumber dari berbagai sumber.
Salah satu sumbernya adalah buku suci. Judul “baik” buku suci digunakan utk “memperkosa” diri sendiri dan juga orang lain.
Sebagai hasilnya, buku suci memperpanjang daftar peperangan di dalam. Ini yg membuat sejumlah psikolog menyimpulkan, agama menyebabkan sakit mental.
Sebelum dijemput bahaya, mari mempercantik cara belajar. Jangan pernah menggunakan buku suci utk menghakimi baik diri sendiri dan orang lain.
Jangan pernah! Gunakan buku suci utk mempercantik diri di dalam. Gunakan pengertian “baik”-nya buku suci utk menapaki tangga spiritual.
Asal menaik dari hari ke hari, sudah lebih dari cukup. Tidak perlu membandingkan dg orang yg lebih tinggi. Apa lagi dg orang suci.
Jika tadinya marah tiap hari, sekarang bisa dibuat sekali dalam tiga hari sudah baik. Jika tadinya sering menggunakan kata-kata kasar, sekarang lebih sedikit menggunakan kata-kata kasar, itu sudah membaik.
Pada saat yg sama, selalu simpan di dalam hati, semua orang punya paradoks dan kontradiksi di dalam dirinya. Semua orang punya!
Agar sedikit dilukai, lebih banyak dibikin harmoni, bersahabatlah dg kontradiksi di dalam. Sesederhana alam bersahabat dg malam-siang.
Makanya di dunia mahluk tercerahkan sering dipercakapkan: “The most important measurement of enlightenment is how comfortable you are with paradox and contradiction”.
Ukuran terpenting pencerahan adalah seberapa nyaman Anda bertumbuh bersama paradoks dan kontradiksi di dalam.
Begitu Anda bisa aman nyaman bersama paradoks dan kontradiksi di dalam, Anda akan bisa aman nyaman bersama semuanya.
Photo courtesy: Fb account of awesome quote
Shambala meditation center: belkedamaian.org, bellofpeace.org
#bali#love#peace#meditation#healing#Wounds#healingjourney#WoundCare#IDWP