Kesembuhan

Dari Buddha menuju Shiva

Ditulis oleh Gede Prama

Semalam bulan Purnama. Ada orang yg cocok dg vibrasi bulan Purnama. Ada yg tidak cocok. Jiwa-jiwa suci juga serupa.

Buddha cocok dg bulan Purnama. Murid di jalan Shiva lebih dekat dg malam tanpa bulan. Ada yg menyukai bulan sabit. Ada juga yg suka setengah bulan.

Ia bercerita tentang ajaran berbeda utk manusia yg tingkat kedewasaannya berbeda. Ajakannya, belajar peka melewati malam-malam yg berbeda.

Jika tidak nyaman saat Purnama, apa lagi diserang orang, itu tanda seseorang memerlukan ajaran yg berbeda.

Ajaran Shiva unik, di sana ada mantra “I am both darkness & light” (saya adalah kegelapan sekaligus Cahaya). Ia melampaui dualitas.

Itu sebabnya pencari pemula di jalan Shiva akan berjumpa banyak hal gelap. Terutama karena seseorang di dalamnya banyak yg gelap.

Tidak sedikit jiwa yg berbahaya di tingkatan ini. Cerita akan lain jika seseorang melewati jalan Buddha terlebih dahulu.

Yg unik di Hinayana, seseorang disiplinnya tinggi sekali. Yg indah di Mahayana, hatinya indah dg compassion. Tantrayana lain lagi.

Pusatnya adalah bhakti kepada Guru. Guru mirip listrik tegangan tinggi. Jika salah pegang kesetrum dan mati. Jika tepat, Cahaya yg dihasilkan terang sekali.

Baik pihak Guru maupun murid mesti cerdas sekali dalam hal ini. Ia yg bisa melewati 3 Yana ini, ada kemungkinan bisa membuka rahasia ajaran Shiva.

Begitu sang rahasia terbuka, bahasa yg bersangkutan cenderung lebih puitis. Karena puisi lebih mewakili keindahan pencapaian di dalam.

Perhatikan pesan Nisargadatta Maharaj: “In the eyes of wisdom, I am nothing. In the eyes of love, I am everything”.

Rumi indah sekali: “Bertahun-tahun kuketuk pintuMu. Lamaa tidak terbuka. Setelah terbuka, ternyata saya mengetuknya dari dalam”.

YA Thich Nhat juga indah: “When I die, don’t make a stupa for me. Because I am neither outside nor inside”. Itu ciri khas orang Zen.

YMM Dalai Lama tidak kalah indahnya: “When you choose between religion and compassion, choose compassion”.

Di sebuah malam, ada spirit yg bertanya pada Guruji: “Anda ini siapa?”. Ketika dijawab “I am silence who speak the language of love”, spirit itu tersenyum kemudian berlalu.

Photo courtesy: Fb account of Dira Saha
Shambala meditation center: belkedamaian.org, bellofpeace.org

bali #love #peace #meditation #healing #Wounds #healingjourney

Keterangan foto: Puncak Gunung Kailash yg diyakini sebagai rumah Shiva tertinggi di muka bumi. Ia terletak di Tibet.

Tentang Penulis

Gede Prama

Guruji Gede Prama memulai perjalanan spiritual dengan berdialog bersama Guru simbolik di sebuah desa di Bali Utara. Ini kemudian diperkaya dengan sekolah ke luar negeri, perjumpaan dengan Guru spiritual dunia seperti YM Dalai Lama, YA Thich Nhat Hanh serta Profesor Karen Armstrong, serta olah meditasi yang panjang.

Kendati pernah memimpin perusahaan dengan ribuan karyawan, terbang ke beberapa negara untuk tujuan mengajar, tapi semua itu ditinggalkan karena dipanggil oleh bom Bali di tahun 2002. Sejak beberapa tahun lalu beliau bahkan tidak pernah meninggalkan Bali, sekali-sekali saja keluar dari keheningan hutan untuk mengajar di tempat-tempat suci di Bali.

Detil dan kontak di https://www.gedeprama.com/

Silahkan Berkomentar

 

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.